Evolusi
Biologi evolusioner mendokumentasikan fakta bahwa evolusi terjadi, dan juga mengembangkan dan menguji teori-teori yang menjelaskan penyebabnya. Kajian catatan fosil dan keanekaragaman hayati organisme-organisme hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad ke-19 bahwa spesies berubah dari waktu ke waktu. Namun, mekanisme yang mendorong perubahan ini tetap tidaklah jelas sampai pada publikasi tahun 1859 oleh Charles Darwin, On the Origin of Species yang menjelaskan dengan detail teori evolusi melalui seleksi alam. Karya Darwin dengan segera diikuti oleh penerimaan teori evolusi dalam komunitas ilmiah. Pada tahun 1930, teori seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori pewarisan Mendel, membentuk sintesis evolusi modern, yang menghubungkan satuan evolusi (gen) dengan mekanisme evolusi (seleksi alam). Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini mendorong riset dengan terus menerus menimbulkan pertanyaan baru, dan ia telah menjadi prinsip pusat biologi modern yang memberikan penjelasan secara keseluruhan keanekaragaman hayati di bumi.
Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun sebenarnya biologi evolusi telah berakar sejak jaman Aristoteles. Namun demikian, Darwin adalah ilmuwan pertama yang mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini, teori Darwin tentang evolusi yang terjadi karena seleksi alam dianggap oleh mayoritas masyarakat sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi dalam suatu populasi.
PERMASALAHAN TENTANG CATATAN FOSIL
Ketika Darwin mengemukakan teorinya, para ahli paleontologi adalah yang paling menentangnya. Mereka mengetahui bahwa "bentuk-bentuk peralihan" yang diduga pernah ada oleh Darwin, kenyataannya tidak pernah ditemukan. Darwin berharap permasalahan ini akan dapat teratasi dengan penemuan-penemuan fosil baru. Akan tetapi, ilmu paleontologi malah semakin menggugurkan teori Darwin hari demi hari.
Ketika Darwin mengemukakan teorinya, para ahli paleontologi adalah yang paling menentangnya. Mereka mengetahui bahwa "bentuk-bentuk peralihan" yang diduga pernah ada oleh Darwin, kenyataannya tidak pernah ditemukan. Darwin berharap permasalahan ini akan dapat teratasi dengan penemuan-penemuan fosil baru. Akan tetapi, ilmu paleontologi malah semakin menggugurkan teori Darwin hari demi hari.
FOSIL
MAKHLUK HIDUP
Tidak
terdapat perbedaan antara fosil makhluk hidup berusia ratusan juta tahun yang
lalu dengan kerabatnya yang masih hidup sekarang. Fakta ini sama sekali
mematahkan pernyataan evolusi.
FOSIL LEBAH
Fosil lebah berumur 60 juta tahun; tidak berbeda dengan lebah zaman sekarang.
Fosil lebah berumur 60 juta tahun; tidak berbeda dengan lebah zaman sekarang.
IKAN
Fosil ikan berumur 200 juta tahun
(kanan) menunjukkan bahwa ikan purba dan kerabat modernnya tidaklah berbeda
satu sama lain.
Darwin mengemukakan pernyataannya bahwa manusia
dan kera berasal dari satu nenek moyang yang sama dalam bukunya The Descent of
Man yang terbit tahun 1971. Sejak saat itu, para pengikut Darwin telah berusaha
untuk memperkuat kebenaran pernyataan tersebut. Tetapi, walaupun telah
melakukan berbagai penelitian, pernyataan "evolusi manusia" belum
pernah dilandasi oleh penemuan ilmiah yang nyata, khususnya di bidang fosil.
Kalangan masyarakat awam adalah yang umumnya
tidak mengetahui kenyataan ini, dan menganggap pernyataan evolusi manusia
didukung oleh berbagai bukti kuat. Anggapan yang salah tersebut terjadi karena
masalah ini seringkali dibahas di media masa dan disampaikan sebagai fakta yang
telah terbukti. Tetapi mereka yang benar-benar ahli di bidang ini mengetahui
bahwa kisah "evolusi manusia" tidak memiliki dasar ilmiah. David
Pilbeam, salah satu ahli paleontologi dari Harvard University, menyatakan
berikut ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar